Rasulullah saw. menganjurkan kita memiliki kecerdasan literasi melalui sabdanya, "...maka betapa banyak orang yang disampaikan kepadanya (hadis) lebih lebih paham dari orang yang mendengarnya langsung.." (Hadits shahih Tirmidzi dari Abdullah bin Masud).
Kecerdasan literasi merujuk kepada kemampuan untuk menganalisis, memahami dan merekonstruksi sebuah informasi atau peristiwa agar tidak menimbulkan distorsi dalam pemahaman. Akan sangat bahaya jika sebuah info kita terima begitu saja tanpa melakukan tabayyun (validasi) dan melihat info itu dalam skala utuh. Kalau mempertanyakan kerasulan Muhammad SAW bisa divonis kafir maka apakah ucapan orang seperti Umar bin Khattab yang memprotes keras isi perjanjian Hudaibiyyah 6 H, bahkan dengan bertanya kepada Rasulullah saw apakah anda seorang nabi, bisa langsung kita simpulkan bahwa Umar sudah kafir ? Disitu ada konteks dan situasi khusus sehingga Umar tidak bisa kita begitu saja katakan sudah keluar dari Islam. Dan yang bisa menjawab secara proporsional kalau kita memiliki kecerdasan literasi. Fatwa yang serampangan dan tergesa gesa pada umumnya lahir dari tiadanya kecerdasan literasi.
Tidak ada bedanya dengan peristiwa Shiffin (37 H) ketika sahabat Ammar bin Yasir terbunuh lalu banyak sahabat teringat kepada sabda Nabi saw bahwa kelak yang membunuh Ammar adalah gerombolan bughat atau pemberontak. Para pengikut Ali yakin bahwa bughat adalah pihak Muawiyah dan pengikutnya. Tapi Muawiyah menolak tuduhan itu. Ia malah mengatakan yang bughat itu adalah pihak yang mengkondisikan dan menggiring Ammar hingga terlibat di medan Perang Shiffin. Muawiyah bermaksud mengingatkan kepada para penuduhnya bahwa perangnya berhadapan dengan Ali tidak berdiri sendiri tapi ada kisah latar belakangnya yang panjang, utamanya karena ia adalah wali darah yang berhak menuntut darah Utsman yang terbunuh dua tahun lalu. Utsman dibunuh pemberontak dari Kufah, Basrah dan Fushtat Mesir. Dan para pemberontak itulah contoh paling benderang dalam halaman awal sejarah Islam yang berkisah tentang dahsyatnya fitnah kala kecerdasan literasi kosong dari pengambilan keputusan.
Baca juga : Kecerdasan Literasi Bagi Kader PKS
Secara pribadi saya prihatin jika membaca tulisan hanya dihiasi hamparan dan hamburan dalil tanpa mencoba melihat sisi konteks dan hubungan antara satu dalil dengan dalil yang. Apatah lagi jika tulisan itu terkesan menyingkirkan dalil-dalil lainnya yang mungkin tidak sesuai selera penulis. Itulah gunanya wahyu turun bertahap dan itulah hikmahnya Nabi dan Rasul tidak turun sekaligus pada satu masa menggempur manusia dengan wahyu dan setelah itu urusan langit selesai. Ada konteks, ada logika, ada kehati-hatian dan ada kejujuran dalam kesimpulan. Itulah kecerdasan literasi.
Tiadanya kecerdasan literasi akan memicu fitnah dan marabahaya dalam sikap beragama kita. Cukuplah sikap dan perjalanan sejarah Khawarij menjadi pelajaran buat kita bagaimana dahsyatnya fitnah dan akibat negatif yang muncul kala kecerdasan literasi itu hilang dari kesadaran umat saat menilai sebuah peristiwa.
Penulis : Ust. Surya Darman
https://www.facebook.com/surya.darma.731135/posts/953429254743762
WHAT'S NEW?
- Syeikh Baquri
- Relevan di Setiap Tempat dan Masa
- Menunggu Hujan
- Darurat Kecerdasan Literasi Bagi Kader PKS
- Kecerdasan Literasi
- [Repost] PKS di Daerah Harus Kelola Media Secara Profesional
- Narasi Muhammad
- Sebuah Puisi untuk Sahabat Pejuang
- Tanpa Tarbiyah, Kita Punah
- Nasyid Wanita Keadilan by Shoutul Harakah
- PKS Sebut Kebijakan Pengupahan Era Jokowi Tak Adil
- Suasana Senam PKS Hari Ini
- Sekilas Tentang Pengurus DPW Sulawesi Selatan
- Hotel, Telepon dan Uhud
- Tidur Ternyenyak
- Otoritas Wahyu
- Aksi Keren Bunda Rahmi dan Muda di TV Lokal
- Erdogan Tidak Akan Minta Maaf Pada Putin Atas Jatuhnya Jet Rusia
- Ketua DPW PKS Sulawesi Selatan Memberi Selamat Hari Guru
- Ucapan Selamat Hari Guru dari Ketua BKPRMI Makassar
0 komentar:
Posting Komentar